Info Sekolah
Rabu, 29 Okt 2025
  • SMA Xaverius 1 Telah membuka pendaftaran baru Tahun ajaran 2026/2027 lengkapnya website : https://ppdb.smaxaverius1.sch.id/
  • SMA Xaverius 1 Telah membuka pendaftaran baru Tahun ajaran 2026/2027 lengkapnya website : https://ppdb.smaxaverius1.sch.id/
29 Oktober 2025

Nada Persatuan di Bawah Langit Sumpah Pemuda

Rab, 29 Oktober 2025 Dibaca 25x

Palembang, pagi yang cerah pada Selasa, 28 Oktober 2025, halaman Kantor Gubernur Sumatera Selatan dipenuhi semangat muda yang bergetar. Bukan hanya dari lantunan lagu perjuangan atau derap langkah pasukan upacara, tetapi juga dari denting dawai yang menembus hati, suara biola dan cello yang dimainkan oleh para pelajar, simbol kesatuan dan keharmonisan dalam keberagaman.

Di antara 32 pengisi acara yang tampil dalam Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97, tiga siswi dari SMA Xaverius 1 Palembang turut memberi warna: Tesalonika, Naomi Amelia Putri Manihuruk, dan Giselle Elvaretta Winata. Mereka bukan sekadar memainkan nada, tetapi menyalakan semangat generasi muda lewat musik.

Tesalonika: “Nada yang Menyatukan Rasa Bangga”

“Rasanya senang dan bangga bisa tampil memainkan biola di upacara besar ini,” ujar Tesalonika (XI A2.2), yang mencerminkan rasa puas setelah perjuangan latihan selama sepekan.

Sudah dua tahun berturut-turut ia tampil di acara ini. Bedanya, kali ini ia lebih tenang. “Tahun lalu saya gugup, tapi sekarang saya lebih menikmati. Bisa ikut lagi tahun ini adalah bentuk syukur dan kebanggaan,” katanya.

Kecintaannya pada biola tumbuh sejak duduk di kelas 4 SD, saat mengikuti ekstrakurikuler musik. Meski sempat terhenti karena pandemi, ia kembali menemukan cintanya pada alat musik berdawai empat itu saat SMP.

“Suara biola itu merdu sekali, tapi sulit dimainkan. Justru karena sulit itulah saya tertantang. Ada kepuasan tersendiri ketika akhirnya bisa membuat nada-nada itu hidup,” ujarnya Tesaloika.

Naomi: “Musik Menyatukan Tanpa Batas”

Sementara itu, Naomi Amelia Putri Manihuruk (XI A1.2.1) mengaku perjuangan menjelang penampilan tidak mudah.

“Tantangan terbesar itu membagi waktu. Seusai sekolah kami langsung latihan hingga sore menjelang malam,” kenangnya.

Namun dari proses itu, Naomi belajar tentang disiplin, kekompakan, dan makna sejati musik. “Musik tidak mengenal suku, agama, dan golongan. Dalam orkestra, kami belajar bersatu hati agar harmoni bisa terwujud. Seperti Indonesia, musik hanya indah bila kita bekerja sama,” ucapnya penuh arti.

Giselle: “Cello, Suara Jiwa dan Semangat Pemuda”

Bagi Giselle Elvaretta Winata (XII A1.1.2), pengalaman tampil dengan cello di peringatan Sumpah Pemuda menjadi momen berharga.

“Saya sangat senang dan bangga bisa tampil. Dari sini saya belajar banyak hal: keberanian tampil di depan banyak orang, menambah teman baru, dan pengalaman yang tak terlupakan,” katanya.

Giselle memandang Sumpah Pemuda bukan sekadar peristiwa sejarah, tetapi sumber inspirasi.
“Bagi saya, Sumpah Pemuda adalah penyemangat untuk terus berkarya, mengembangkan bakat, dan berbuat sesuatu yang bermanfaat. Semangat itu saya wujudkan lewat musik,” tuturnya.

Harmoni yang Menyatukan

Sebagai seorang penikmat biola profesional, saya melihat bahwa harmoni tidak lahir dari keseragaman, tetapi dari perbedaan yang berpadu dengan indah. Begitu pula Indonesia.

Giselle, Naomi dan Tesa

Ketiga siswi ini, lewat nada-nada mereka, menunjukkan bahwa semangat Sumpah Pemuda masih hidup, tidak lagi dalam bentuk sumpah di kertas, tetapi dalam tindakan nyata: berlatih, berkolaborasi, dan berbagi semangat melalui musik.

Di bawah langit Palembang, nada-nada biola dan cello mereka bukan hanya mengiringi upacara, tetapi juga menggema sebagai simbol persatuan, mengingatkan kita semua:

“Selama masih ada nada yang dimainkan dengan hati, semangat pemuda takkan pernah mati.” *** (Ignas)

Agenda

15
Jul 2025
waktu : 07:00
Agenda telah lewat
20
Jan 2025
waktu :
Agenda telah lewat
16
Nov 2024
waktu : 18:00
Agenda telah lewat