Info Sekolah
Sabtu, 18 Okt 2025
  • SMA Xaverius 1 Telah membuka pendaftaran baru Tahun ajaran 2026/2027 lengkapnya website : https://ppdb.smaxaverius1.sch.id/
  • SMA Xaverius 1 Telah membuka pendaftaran baru Tahun ajaran 2026/2027 lengkapnya website : https://ppdb.smaxaverius1.sch.id/
17 Oktober 2025

Menemukan Diri dalam Nada: Kisah Stephanie dan Electone Ensemble

Jum, 17 Oktober 2025 Dibaca 24x

Di balik setiap alunan nada, selalu tersimpan kisah tentang keberanian, perjuangan, dan mimpi. Begitu pula dengan Stephanie Jessica Indah Simanjuntak, siswi kelas XII A.3.1, yang tahun ini melangkah ke panggung besar, lomba Electone Ensemble di Medan.

Bagi Stephanie, pengalaman ini bukan sekadar ajang kompetisi, tapi perjalanan kecil untuk mengenal dirinya lebih dalam: seorang remaja yang berani keluar dari rasa ragu, dan akhirnya menemukan keindahan dalam irama.

Langkah Awal dari Keberanian

“Aku tertarik ikut lomba karena ingin mencari pengalaman,” tutur Stephanie dengan nada jujur.

Selama ini, ia belum pernah ikut lomba semacam ini. Bukan karena tak mau, tapi karena merasa belum cukup kompeten. Namun tahun ini, ada sesuatu yang berubah, mungkin keberanian, mungkin keyakinan kecil yang tumbuh dari proses latihan yang panjang.

“Rasanya aku ingin mencoba. Kalau tidak sekarang, kapan lagi?” ucapnya pelan, tapi tegas.
Dan dari keputusan sederhana itu, lahirlah pengalaman yang berharga.

Nada yang Menyentuh: Angel dari Libera

Dalam lomba kali ini, Stephanie dan timnya membawakan lagu Angel dari Libera, lagu yang penuh nuansa lembut dan spiritual. Pilihan lagu ini bukan tanpa alasan.

Angel bukan sekadar melodi indah, tapi juga membawa pesan: tentang keheningan, kedamaian, dan kekuatan batin.

“Waktu membawakan lagu itu, aku merasa tenang,” kata Stephanie.

Ia tak hanya memainkan tuts dan pedal, tapi juga menyampaikan rasa. Setiap nada menjadi doa, setiap harmoni menjadi bahasa hati.

Sejak Kelas 6 SD, Nada Itu Mulai Hidup

Kecintaan Stephanie pada Electone bukan sesuatu yang datang tiba-tiba. “Sejak kelas 6 SD aku sudah belajar Electone,” kenangnya.

Dari ruang kecil tempat les musik hingga ke panggung perlombaan di Medan, perjalanan itu seperti simfoni yang ia ciptakan sendiri, dimulai dari satu tuts, lalu menjadi melodi penuh semangat.

Guru dan Teman, Sumber Semangat

Tak ada penampilan yang lahir dari kesendirian. “Yang paling banyak membantu saya saat latihan adalah guru saya sendiri,” ungkap Stephanie.

Guru yang dimaksud bukan sekadar pengajar, tapi pembimbing yang sabar menata harmoni,  baik dalam permainan maupun dalam kerja sama tim.

Dalam Electone ensemble, setiap pemain adalah bagian dari kesatuan. Tak ada suara yang lebih penting; semua saling melengkapi, seperti mozaik nada yang indah. Di sanalah Stephanie belajar tentang kerja sama, disiplin, dan saling percaya.

Dari Gugup Menjadi Nikmat

Menjelang tampil di depan juri dan penonton, perasaan gugup tentu tak bisa dihindari.
Namun, sesuatu yang indah terjadi saat musik mulai dimainkan.

“Saya merasa gugup saat menjelang perlombaan, namun pada saat bermain saya menikmati lagunya sebagaimana saat latihan bersama teman-teman.”

Stephanie Jessica ujung kanan

Kalimat itu menggambarkan esensi sejati dari bermusik: menikmati proses, bukan hanya mengejar hasil. Di atas panggung, Stephanie belajar mengubah ketegangan menjadi energi positif, dan suara Electone-nya menjadi cermin dari ketenangan itu.

Mimpi ke Panggung Nasional

Bagi Stephanie, lomba ini bukan akhir, justru awal. “Harapan saya bisa ikut lagi tahun berikutnya dan masuk ke ajang nasional,” ujarnya mantap.

Harapan itu sederhana, tapi tulus. Ia ingin terus berkembang, bukan hanya sebagai pemain Electone, tapi juga sebagai pribadi yang berani mencoba, berani gagal, dan berani bermimpi.

Penutup: Harmoni yang Tumbuh dari Hati

Electone Ensemble mengajarkan Stephanie lebih dari sekadar teknik musik. Ia belajar tentang disiplin, keberanian, dan kebersamaan.

Bahwa keindahan tak hanya terdengar dari nada yang tepat, tapi juga dari hati yang ikhlas memainkan setiap bagiannya.

Di Medan, mungkin Stephanie hanya satu dari banyak peserta yang tampil. Tapi di balik setiap tuts yang ia tekan, ada kisah kecil tentang seorang remaja yang belajar menemukan dirinya,  melalui harmoni, kerja sama, dan keindahan musik.

Karena pada akhirnya, musik bukan sekadar suara. Ia adalah jiwa yang sedang berbicara.*** (Ignas)

Agenda

15
Jul 2025
waktu : 07:00
Agenda telah lewat
20
Jan 2025
waktu :
Agenda telah lewat
16
Nov 2024
waktu : 18:00
Agenda telah lewat