DERU bola yang memantul di lapangan, teriakan semangat dari pinggir garis, dan suara peluit yang sesekali memecah udara, semua itu adalah musik tersendiri bagi mereka yang mencintai bola voli. Di balik kemenangan dan sorak-sorai penonton, selalu ada kisah tentang proses, kebersamaan, dan tekad yang tumbuh dari satu latihan ke latihan berikutnya. Tiga nama ini, Nicholas Jo, Varencia, dan Gisela Keely Jade, adalah potret dari semangat itu.
Nicholas Jo: Dari Iseng Jadi Serius
Bagi Nicholas Jo, siswa kelas XIIA.2.2, voli bukan sekadar olahraga. Ia menemukan di dalamnya sesuatu yang lebih dalam, kerja sama, komunikasi, dan rasa percaya.
“Saya tertarik ikut voli karena olahraga ini nggak cuma soal tenaga,” ujarnya sambil tersenyum. “Setiap poin tuh seru banget, apalagi kalau timnya kompak dan saling percaya.”
Nicholas baru mengenal voli sejak kelas X semester dua. Awalnya hanya ikut main bareng teman-teman seusai sekolah, tapi dari situ justru tumbuh kecintaan yang tak terduga. Ia belajar dasar-dasarnya dengan sabar, lalu bergabung dengan klub agar bisa berkembang lebih jauh.
“Teman-teman yang paling memotivasi saya,” katanya jujur. “Mereka yang ngajak latihan, dukung, dan bikin suasana latihan jadi semangat terus.”
Kini, Nicholas tak hanya bermain untuk diri sendiri, tapi juga untuk tim yang telah jadi keluarganya di lapangan. Ia belajar bahwa kemenangan sejati bukan soal skor, melainkan tentang tumbuh bersama.
Varencia: Semangat dari SMP yang Tak Pernah Padam
Beda dengan Nicholas, Varencia (kelas X.5) sudah jatuh cinta pada voli sejak kelas 8 SMP. “Waktu itu saya diajak ikut lomba antar sekolah,” kenangnya.
Yang membuatnya bertahan hingga kini bukan hanya karena suka bermain, tapi karena lingkungan yang mendukung. “Support dari teman-teman dan fasilitas sekolah bikin saya makin semangat,” katanya.
Bagi Varencia, kemenangan dalam pertandingan bukan hasil keberuntungan. Ia tahu betul, semua berawal dari kerja sama tim, usaha yang konsisten, dan motivasi dari pelatih.
“Kalau satu aja di antara kami turun semangatnya, itu bisa terasa di lapangan,” ujarnya lugas. “Makanya kami saling jaga, saling dorong.”
Gisela Keely Jade: Voli Sebagai Ruang Untuk Bernapas
Di antara jadwal padat dan tugas sekolah, Gisela Keely Jade (kelas XIIA.3.1) menemukan kedamaian di lapangan voli. Ia mulai aktif sejak kelas XI dan kini tak pernah absen di setiap sesi latihan.
“Awalnya cuma buat isi waktu luang dan biar tetap bugar,” ucapnya. “Tapi ternyata seru juga, lama-lama malah ketagihan.”
Gisela bahkan bergabung dengan klub voli PBV Bangau, sebuah komunitas baru yang berlatih di lapangan Universitas Katolik Musi Charitas. Latihannya padat, Senin, Jumat, Sabtu di sekolah, dan Selasa, Kamis, Sabtu di klub. Tapi bagi Gisela, itu bukan beban.
“Bermain voli itu seperti terapi,” katanya. “Setelah seharian belajar dan mikirin tugas, latihan bikin saya lebih tenang dan bahagia.”
Motivasinya sederhana tapi kuat: ingin hidup seimbang. “Saya pengin waktu luang saya nggak cuma buat akademik, tapi juga buat hal positif yang bikin tubuh dan pikiran sehat.”
Lebih dari Sekadar Olahraga
Dari Nicholas, Varencia, hingga Gisela, satu hal menjadi benang merah: voli telah mengajarkan mereka arti kebersamaan dan ketekunan.
Mereka datang dari kelas dan latar belakang yang berbeda, tapi di lapangan, semuanya sama, belajar, berjuang, dan tertawa bersama.
Di tengah riuh dunia remaja dan tuntutan akademik, mereka membuktikan bahwa olahraga bukan hanya tentang menang, tapi juga tentang menemukan diri sendiri.
Karena di setiap servis, passing, dan smash yang dilakukan, ada cerita kecil tentang keberanian untuk tumbuh dan semangat untuk terus melangkah.*** (Ignas)