Info Sekolah
Jumat, 31 Okt 2025
  • SMA Xaverius 1 Telah membuka pendaftaran baru Tahun ajaran 2026/2027 lengkapnya website : https://ppdb.smaxaverius1.sch.id/
  • SMA Xaverius 1 Telah membuka pendaftaran baru Tahun ajaran 2026/2027 lengkapnya website : https://ppdb.smaxaverius1.sch.id/
30 Oktober 2025

Belajar Sosiologi, Belajar Menjadi Manusia yang Kritis dan Humanis

Kam, 30 Oktober 2025 Dibaca 22x

Di tengah derasnya arus informasi dan perubahan sosial yang begitu cepat, pelajaran Sosiologi hadir bukan sekadar untuk memahami teori, tetapi untuk mengajarkan kita menjadi manusia yang lebih peka, kritis, dan peduli terhadap kehidupan sosial. Inilah semangat yang diusung buku Sosiologi untuk Siswa SMA-MA Kelas XI (Kurikulum Merdeka, 2025) karya Muhamad Taupan dan Ine Ariyani Suwita.

Buku setebal 158 halaman ini bukan sekadar kumpulan konsep dan definisi, melainkan jendela untuk membaca realitas masyarakat Indonesia, mulai dari masalah sosial, konflik, kesetaraan, hingga integrasi sosial. Dengan gaya penulisan yang mudah dipahami, buku ini menuntun siswa untuk berpikir logis, kritis, dan kreatif, sejalan dengan semangat Profil Pelajar Pancasila.

Bab 1: Melihat Dunia dari Dekat, Masalah Sosial di Sekitar Kita

Siapa sangka, ketika kita melihat teman sebaya berhenti sekolah karena ekonomi, atau melihat berita tentang pengangguran, itu semua adalah masalah sosial yang bisa dikaji secara sosiologis.

Buku ini membantu siswa mengenali apa yang dimaksud dengan masalah sosial, ukurannya, sifatnya, dan dampaknya. Tidak berhenti di sana, siswa juga diajak berpikir: “Apa yang bisa kita lakukan untuk ikut menyelesaikan masalah sosial?”

Inilah titik awal berpikir sosiologis, tidak hanya melihat, tetapi memahami dan mencari solusi.

Bab 2: Konflik dan Kekerasan, Ketika Perbedaan Menjadi Benturan

Pertanyaan pemantik di bab ini sederhana namun tajam: “Mengapa konflik sosial bisa terjadi?”

Melalui contoh sehari-hari, dari pertengkaran kecil antar teman hingga konflik politik antarpartai, buku ini menjelaskan bahwa konflik adalah bagian alami dari kehidupan sosial.
Namun, konflik bukan selalu hal buruk. Bila dikelola dengan baik, konflik bisa mendorong perubahan sosial yang positif.

Buku ini juga menampilkan teori-teori klasik, seperti dari Soekanto dan Sulistyowati, hingga Robbins dan Judge, yang membedah proses munculnya konflik dari ketidakcocokan kecil hingga menjadi pertikaian besar.

Siswa diajak untuk memahami bahwa dialog, empati, dan keadilan sosial adalah kunci menuju perdamaian.

Bab 3: Kesetaraan dalam Perbedaan, Pelangi yang Indah karena Ragam Warna

Bab ini memperkenalkan konsep diferensiasi sosial, stratifikasi sosial, dan mobilitas sosial.
Alih-alih hanya menghafal istilah, buku ini menuntun siswa untuk melihat realitas kesetaraan di tengah perbedaan.

Bahwa setiap orang, meskipun berbeda suku, agama, gender, dan status sosial, memiliki martabat yang sama di mata Tuhan dan negara.

Semangat Pancasila sangat terasa di bagian ini, khususnya sila kedua dan kelima, bahwa kemanusiaan dan keadilan sosial adalah fondasi kehidupan bersama.

Bab 4: Integrasi Sosial, Dari Perpecahan Menuju Persatuan

Setelah membahas konflik, buku ini menuntun siswa untuk menatap arah sebaliknya: bagaimana masyarakat bisa kembali bersatu.

Integrasi sosial dibahas bukan hanya sebagai konsep, tetapi sebagai proses yang hidup, hasil dari gotong royong, toleransi, dan rasa saling menghargai.

Buku ini mengajak siswa melihat bahwa integrasi bukan sekadar tidak adanya konflik, tetapi hadirnya rasa memiliki satu sama lain sebagai bangsa Indonesia.

Pembelajaran yang Aktif dan Merdeka

Sebagai bagian dari Kurikulum Merdeka, buku ini sangat memperhatikan proses berpikir siswa.

Dengan lima bentuk asesmen, mulai dari pilihan ganda, menjodohkan, hingga uraian terbuka, siswa diajak berpikir kritis dan reflektif.

Tidak ada lagi jawaban tunggal yang benar. Yang dibutuhkan adalah alasan logis dan pemikiran terbuka dalam memahami realitas sosial.

Penutup: Sosiologi, Cermin untuk Mengenal Diri dan Dunia

Mempelajari sosiologi bukan hanya tentang memahami masyarakat, tetapi juga belajar memahami diri sendiri dalam masyarakat.

Buku karya Muhamad Taupan dan Ine Ariyani Suwita ini menunjukkan bahwa setiap konflik, perbedaan, dan masalah sosial adalah peluang untuk tumbuh menjadi manusia yang lebih bijaksana.

Dengan semangat Merdeka Belajar, sosiologi bukan sekadar pelajaran kelas, tetapi bekal hidup untuk menjadi warga yang berpikir kritis, bertindak adil, dan berperikemanusiaan.

“Di tengah dunia yang terus berubah, pelajaran Sosiologi mengajarkan kita satu hal yang tetap: bahwa memahami manusia adalah kunci untuk mencintai kemanusiaan.” *** (Ignas)

Agenda

15
Jul 2025
waktu : 07:00
Agenda telah lewat
20
Jan 2025
waktu :
Agenda telah lewat
16
Nov 2024
waktu : 18:00
Agenda telah lewat