SIANG itu, di aula Gedung DPD yang megah dekat OPI Mall, tiga siswa tampak duduk berdekatan. Wajah mereka sedikit tegang, tapi mata mereka menyala penuh semangat. Di tengah sorak peserta lain, terdengar nama mereka disebut: “Tim SIWER, Juara 2 Lomba Inovasi Digital Generasi Digital Intelektual (GDI)!”
Bagi Aurelia Jessica Wirawinata, Mikhail Alexander Dwi Prasetyo, dan Vincent Joe Salim, momen itu bukan sekadar kemenangan, melainkan hasil dari perjalanan penuh kerja keras, tawa, dan rasa ingin tahu yang tak pernah padam.
Dari Ide Sederhana ke 20 Besar
“Awalnya kami nggak nyangka bisa sejauh ini,” ujar Vincent mengenang. Lomba Inovasi Digital GDI ini memang bukan ajang biasa. Dimulai dari seleksi top 20 pada 2 November, berlanjut ke top 10 pada 6 November, hingga babak top 3 pada 11 November, setiap tahapnya menuntut ide segar, data kuat, dan kemampuan presentasi yang solid.
Tim mereka memilih jalur yang tak populer: pertanian. “Banyak peserta pilih tema edukasi atau bisnis, tapi kami pengin sesuatu yang lebih dekat dengan kehidupan masyarakat kecil,” jelas Vincent. Dari sanalah lahir SIWER, inovasi sederhana berbasis Artificial Intelligence (AI) yang dirancang untuk membantu petani mengelola lahan secara lebih efisien.
Waktu persiapan yang mepet tidak menyurutkan langkah mereka. “Kami cuma bisa kumpul setiap Rabu atau Kamis sepulang sekolah,” kata Vincent. “Pokoknya sebelum H-7, kami harus rampung!”
Antara Zoom, Kopi, dan Gedung DPD
Seleksi awal dilakukan secara online melalui Zoom. Ketiganya memilih lokasi unik: Olympia Caffee. “Tempatnya nyaman, sinyal bagus, dan suasananya pas buat presentasi,” kenang Vincent.
Tak disangka, ide mereka menembus top 10!
Babak berikutnya lebih menantang, presentasi langsung di Gedung DPD Palembang. “Waktu yang dikasih cuma lima menit,” ujar Vincent. “Tapi kami udah siap. Kami latih timing dan pembagian peran sampai malam.”

Dan hasilnya? Mereka lolos ke top 3 dan berhak tampil di final di OPI Mall. “Saingannya keren-keren, kebanyakan dari sekolah negeri. Tapi kami percaya diri. Kami udah punya PPT yang kuat dan pesan yang jelas,” tambah Vincent.
Kolaborasi dan Keberanian
Tim kecil ini hanya beranggotakan tiga orang, meski panitia memperbolehkan empat. Namun, kekurangan jumlah bukan alasan untuk menyerah.
“Pembagian tugas kami cair,” jelas Vincent. “Kalau Mikhail buat PPT, aku dan Aurelia bantu revisi. Kalau aku nulis proposal, mereka bantu riset dan desain.”
Motivasi mereka pun sederhana tapi tulus. “Aku diajak Mikhail dan Aurel karena ada rekomendasi dari Pak Nove,” ujar Vincent. “Awalnya ragu, tapi ternyata lomba ini nyambung sama jurusan aku dan passion-ku di teknologi.”
Pelajaran dari SIWER
Bagi ketiganya, pengalaman ini membuka mata. “Aku belajar kalau AI itu bisa sangat bermanfaat kalau digunakan dengan benar,” kata Vincent. “Bukan cuma untuk bisnis atau hiburan, tapi juga buat hal-hal nyata seperti pertanian dan edukasi.”
Vincent menambahkan, “Yang paling penting dari lomba ini bukan menangnya, tapi kerja tim dan semangat belajar bareng. Dari situ kami belajar menghargai ide masing-masing.”
Bagi mereka, “Ternyata inovasi itu nggak harus rumit. Asal punya niat dan mau belajar, semua bisa dimulai dari hal sederhana.”
Catatan Redaksi
Keberhasilan Aurelia Jessica Wirawinata, Mikhail Alexander Dwi Prasetyo, dan Vincent Joe Salim bukan sekadar kemenangan di ajang lomba, tapi juga cermin dari semangat generasi muda yang berani berpikir berbeda.
Di tengah gempuran teknologi yang sering terasa jauh dari realitas, mereka menunjukkan satu hal penting: inovasi sejati lahir dari kepedulian terhadap sesama.*** (Ignas)