“SAYA bangga dengan profesi satpam karena tidak semua orang bisa menjadi satpam”. Itulah salah satu kebanggaan dari Pak Dedi dalam profesi yang digelutinya sebagai satpam selama 21 tahun belakangan ini.
Pak Dedi berdedikasi menjadi satpam di lingkungan Yayasan Xaverius Palembang sejak bulan Nopember 1999.
Aman dan tertib
Awal bekerja sebagai satpam, Pak Dedi ditempatkan di SMA Xaverius 1 Palembang. Baginya, satpam itu bertugas untuk melindungi dan mengayomi lingkungan tempat kerjanya. Melindungi dari setiap bentuk gangguan dan menciptakan keamanan serta menegakkan peraturan dan tata tertib yang berlaku di lingkungan tempat kerjanya, misalnya di sekolah.
Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pengembangan fungsi kepolisian terbatas maka satpam berperan sebagai pembantu pimpinan di bidang keamanan dan ketertiban. Suami dari Nita Susanty ini memastikan akan keamanan dan ketertiban di manapun ia ditugaskan.
Sesungguhnya, dalam benak Pak Dedi profesi satpam sangatlah mulia sebab satpam sebagai unsur pembantu kepolisian dalam pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat. Sebab lingkungan yang aman dan tertib merupakan idaman setiap orang.
Pelatihan dasar
Senyum, salam, dan sapa merupakan bagian dari ilmu yang didapat dari pelatihan bagi seorang satpam. Membiasakan diri untuk senyum, salam dan sapa perlu dilatih dan terus dibiasakan, aku Pak Dedi.
“Jadi satpam wajib mengikuti pelatihan atau diksar dari kepolisian agar satpam mempunyai skill dalam menjalankan tugasnya”, harap Pak Dedi Armadi yang pernah ditugaskan sebagai satpam di TK, SD, dan SMP Xaverius 3, Sekojo.
Dalam pelatihan tingkat dasar bagi seorang calon satpam atau satpam pemula diajarkan tentang perannya sebagai “pembantu pimpinan di tempat kita kerja. Misalnya, bagaimana berpenampilan menghadapi atasan dan seluruh pekerja di tempat kita bekerja”.
Hormat kepada atasan dan seluruh karyawan merupakan wujud konkret dari salam. Salam adalah bentuk dari kepatuhan dan kehormatan kepada atasan. Salam, kepatuhan dan kehormatan adalah suatu keharusan jelas bapak dari tiga anak ini.
Pencak silat
“Saya sudah menekuni pencak silat dari tahun 1988-sampai skarang masih aktif”, tambah Pak Dedi sebagai hobinya yang sulit ia lepaskan sejak dulu.
Sejak tahun 1988, Pak Dedi sudah mulai bergabung dengan perguruan silatnya yakni Kelatnas Perisai Diri yang berpusat di Surabaya.
Saat ditanya jadwal rutinnya, putra kelahiran Palembang, 18 Juni 1971 ini menjawab, “Klo jadwal rutin selama seminggu itu full bener, pak!”
“Klo sedang tidak bertugas ya ngojek. Jumat dan Minggu pagi melatih pencak silat di Pesantren Arriyadh 13 Ulu Palembang. Jumat sore kegiatan keagamaan. Malam Jumat latihan silat rutin bersama dengan guru saya di komplek Ajendam”, papar pak Dedi tentang agenda hariannya.
Belajar dari pengalaman
Berikut Pak Dedi menceritakan salah satu pengalaman yang sulit dilupakan saat menjalankan tugasnya sebagai satpam.
“Pengalaman yang sangat berkesan yang pernah saya alami langsung pada saat menyelamatkan siswa yang masuk siang hari dengan inisial S. Perut S terluka akibat penusukan oleh siswa luar. Kejadiannya antara tahun 2000-2001 di pelataran parkir depan sekolah.
Pada waktu kejadian saya sedang bertugas siang jam 14.00-21.00 WIB. Saya sendirian di pos satpam karena patner saya berhalangan hadir.
Kondisi badan saya sedang tidak fit/kurang sehat jadi saya hanya duduk di pos saja sesekali memantau keadaan parkir dan sekelilingnya. Tapi hanya seputaran halaman depan yang saya kontrol, saat itu saya tidak ke belakang sekolah.
Sekitar pkl 15-an atau jam 3 siang, guru olah raga dari si S datang ke pos depan melapor ke saya bahwa anak luar yang masuk trus mau berbuat keributan. Mereka membawa batu untuk melempar tapi sempat dilerai sama pak Darman. Laporan dari pak Sudarman saya terima maka saya antisipasi agar keributan itu tidak meluas.
Gerbang depan saya kunci kemudian saya stand by di pos depan mengawasi keadaan sekitar. Situasi masih dalam keadaan aman terkendali.
Setelah mendekati waktu pulang sekitar pkl 17.30, saya melihat di depan gerbang sudah ada orang 5 yang mencurigakan. Saya pikir itu pasti rombongan yang membuat keributan di lapangan tadi.
Saya melapor kepada kepsek bahwa bakal ada keributan di luar. Selanjutnya saya menutup gerbang depan.
Pas bubar sekolah itulah di luar kendali saya. Orang-orang yang tidak dikenal tersebut langsung menyerang dengan batu ke anak-anak yang keluar dari kompleks sekolah.
Saya mengejar mereka dengan membawa senjata pentungan bambu yang ada di pos. Gerombolan yang tidak dikenal tadi sempat bubar sampai lari ke gerbang ke dua di parkiran motor (klo dulu parkiran ada di depan halaman sekolah).
Tawuran berlangsung dengan cepat. Kejadiannya di parkiran sekolah. Saya melihat pelaku yang siswa sekolah luar menusuk S dengan senjata keris dan terjatuh. Tidak puas dengan korban yang sudah jatuh dan kepalanya sempat dipukul berkali-kali dengan kayu. Melihat kondisi korban (S), saya bergerak cepat dan refleks menendang pelaku. Pelakupun jatuh.
Posisi pelaku terjatuh karena tendangan saya. Saya dibantu salah seorang guru, bapak Suwarto untuk memborgol si pelaku. Saya mengamankan si pelaku di pos satpam untuk menghindari amukan rekan korban.
Tak berapa lama datanglah petugas samapta dari poltabes. Mereka datang untuk menjemput pelaku agar segera diproses. Barang bukti yang saya amankan berupa keris yang patah dan kayu sento saya serahkan ke pihak kepolisian sebagai barang bukti. Sedangkan si S yang terluka tadi diantarkan ke rumah sakit”.
Pesan dari pengalaman pak Dedi di atas bukan untuk menakut-nakuti tapi penting dan tetap menjaga kewaspadaan. Keamanan dan ketertiban di lingkungan sekolah mutlak sifatnya. Menjaga keamanan lingkungan sekolah adalah tugas kita bersama.
Lingkungan kerja yang aman dan tertib membantu kita semua agar dapat bekerja dengan baik, nyaman, kerasaan, sehat, dan selamat.
Identitas singkat:
- Nama lengkap: Dedi Armadi
- Nama panggilan: Dedi
- Tempat dan tgl lahir: Palembang, 18 Juni 1971
- Nama Istri: Nita Susanty
- Nama anak dan usianya:
- Nasya Putri Dini (16 Th)
- Naura CPD (9 Th)
- Nayla Afiqah (8 Th)
Riwayat pendidikan:
- TK : –
- SD Yaktapena 10 Plaju, tahun 1985
- SMP Negeri 35 Palembang, tahun 1988
- SMA Yaktapena 1 Plaju, tahun 1991
Pernah bertugas di unit sekolah:
- SMA Xaverius 1 Bangau
- TK, SD, SMP Xav 3
- SMP Maria Kol. Atmo
- SMA Xaverius 1 Bangau.
(Ignas Iwan Waning)