Empat Pelari Muda Xaverius: Menemukan Diri di Jalanan Korpri Run

PAGI itu (Sabtu, 11/10/2025) jalanan di depan kantor DPRD Sumatera Selatan berubah menjadi lautan manusia bersepatu lari. Ribuan pelari dari berbagai provinsi, mulai dari Kalimantan, Papua, hingga Sulawesi, memadati rute Korpri Run, ajang bergengsi yang digelar pemerintah. Di antara derap langkah cepat para atlet nasional, empat pelajar SMA Xaverius 1 Palembang tampak berlari dengan semangat yang tak kalah menyala.

Mereka adalah Steve Sean Samuel, Bayu Grentino, Kenrick Liko, dan Rizky Athala Putra, empat anak muda yang memulai hobi jogging bukan dari lintasan stadion, melainkan dari keinginan sederhana: mencari kesehatan, ketenangan, dan jati diri.

Dari Coba-Coba Jadi Cinta Lari

Steve Sean Samuel, siswa kelas XIA.1.2.1, adalah yang tercepat di antara rekan-rekannya dengan catatan waktu 22 menit 35 detik (pace 4’31). “Saya mulai tertarik jogging sejak Mei,” ujarnya. “Awalnya cuma lihat video di media sosial, coba-coba, eh malah ketagihan.”

Ketagihan yang dimaksud bukan sembarangan. Dari sekadar hobi sore hari, kini Steve ingin menjadi atlet rekreasional, pelari yang tak hanya mengejar catatan waktu tapi juga keseimbangan hidup.

Namun, baginya, tantangan terbesar bukan pada napas yang terengah, melainkan konsistensi dan mental. “Pikiran sering kali menyuruh kita menyerah di tengah jalan. Melawan diri sendiri itu berat,” katanya mantap.

Bayu dan Langkah Melawan Malas

Teman sekelasnya, Bayu Grentino (XIA.2.1), mencatat waktu 24:09 dengan pace 4’50. Ia mulai jogging sejak 4 Juni lalu.

“Awalnya saya cuma ingin isi waktu luang dengan hal bermanfaat,” kata Bayu dengan senyum lebar. “Tapi ternyata jogging itu menyenangkan dan bikin sehat.”

Meski begitu, Bayu tak menutupi sisi manusiawinya. “Kendala terbesar saya? Ya, rasa malas,” ujarnya sambil tertawa kecil. “Latihan itu harus konsisten. Kadang badan pengin rebahan, tapi kalau udah lari, semua jadi lega.”

Kenrick: Lari untuk Lepas dari Stres

Bagi Kenrick Liko (XIA.1.2.2), jogging bukan sekadar olahraga, tapi terapi pikiran.

“Saya mulai empat bulan lalu. Lari itu mudah dilakukan, bikin sehat, dan bisa ngurangin stres,” katanya ringan.

Meski mencatat waktu lebih lambat (34:46, pace 6’57), Kenrick menikmati setiap langkahnya. “Saya nggak punya kendala apa-apa, karena saya menjalaninya dengan senang,” tuturnya.

Rizky: Menemukan Diri yang Baru di Trek Lari

Cerita paling reflektif datang dari Rizky Athala Putra (XIA.2.1), yang mulai jogging sejak Juli. Awalnya hanya ikut-ikutan teman, tapi justru menemukan sesuatu yang lebih dalam.

“Saya merasa menemukan diri saya yang baru,” katanya penuh keyakinan. “Saya ingin jadi atlet rekreasional dan mempersiapkan diri untuk masa depan, bahkan masa tua saya.”

Namun, perjuangan Rizky tak lepas dari pergulatan batin. “Kendala saya ada di mental. Pikiran sering nyuruh saya berhenti di tengah latihan,” ujarnya. “Tapi setiap kali berhasil melawan rasa malas itu, saya tahu saya sedang menang melawan diri sendiri.”

Bukan Sekadar Lomba, Tapi Perjalanan

Rute Korpri Run yang menantang, dari kantor DPRD menuju Jalan Sumpah Pemuda, berbelok ke Angkatan 45 hingga kantor Gubernur lalu kembali, menjadi saksi perjalanan empat pelari muda ini. Mereka bukan sekadar berlari mengejar garis finis, tapi menemukan makna di setiap langkah: tentang disiplin, ketekunan, dan daya juang.

Di tengah ribuan pelari dari berbagai penjuru negeri, mereka mungkin hanyalah empat siswa SMA. Tapi semangat mereka menegaskan satu hal: lari bukan soal siapa tercepat, melainkan siapa yang tak berhenti.*** (Ignas)