
AKHIRNYA, hari ini, Kamis (6 Mei 2021) vaksinasi tahap kedua selesailah sudah.
Senang bahwa vaksinasi tahap kedua dapat diterima dengan baik dan lancar. Benar bahwa dengan vaksinasi tahap satu dan dua tidak menjamin 100% akan terbebas dari virus yang berbahaya ini.
Vaksinasi dimaksud untuk menambah kekebalan dalam tubuh demi meminimalisir merebaknya virus yang menakutkan ini. Diharapkan dengan vaksinasi tingkat kewaspadaan terus ditingkatkan.
Benar bahwa vaksinasi satu dan dua tidak dimaksud untuk melonggarkan protokol kesehatan. Justru, dengan vaksinasi 5 M tetap dijalankan bahkan diperketat, lagi pula dengan virus baru (mungkin saudara dekatnya virus corona) yang kata beberapa sumber jauh lebih genit dan ganas.
Vaksinasi tahap kedua ini bersamaan waktunya dengan pelaksanaan sosialisasi ART Yayasan Xaverius Palembang. Agar kedua kegiatan ini dapat diikuti dengan baik dan tuntas, maka bapak ibu guru yang mendapat kesempatan vaksinasi tahap kedua pada hari Rabu-Kamis (5-6 Mei 2021) akan mengikuti sosialisasi ART bersama rombongan guru-karyawan tingkat SMP dan staf-karyawan Badan Pelaksana Harian YXP pada Jumat-Sabtu, (7-8 Mei 2021).
Semula, ada upaya agar vaksinasi bagi guru-karyawan SMA Xaverius 1 berjalan secara kolektif. Data diri guru diminta oleh instansi terkait. Pihak sekolah selalu proaktif untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan. Namun, dalam pelaksanaan vaksinasi tidak semulus seperti yang diharapkan.
Ada guru yang berinisiatif untuk mencari puskesmas terdekat dengan tempat tinggalnya. Ada yang berhasil dan ada yang belum berhasil divaksin. Hal ini cukup ramai di wa grup guru.
Optimis
[Pak Kasdi, mohon ijin menulis namanya. Hal ini dimaksud agar, sekurang-kurangnya bagi saya, tidak lupa akan pengalaman bermakna ini].
Beberapa hari sebelum tanggal 8/4, Pak Kasdi di ruang guru selalu mendorong, menyemangati bapak ibu guru yang belum vaksin agar sesegera mungkin mendapatkan vaksinasi. Sesungguhnya, Pak Kasdi jauh hari sebelumnya sudah menerima vaksinasi.
Hari Kamis, 8 April 2021 merupakan hari ke 4 USP (Ujian Satuan Pendidikan). Setelah sesi 1 USP hari ini, Pak Kasdi mengajak sejumlah guru untuk mendapatkan vaksin di Puskesmas Sako.
Jujur sekaligus kagum, Pak Kasdi yang sudah menerima vaksinasi namun dengan semangatnya mengajak kami yang belum mendapatkan vaksinasi agar mendapatkan vaksinasi. Mimpi Pak Kasdi agar semua warga sekolah (guru dan karyawan) harus divaksin. Keinginan yang besar ini Pak Kasdi sampaikan kepada saya saat berpapasan di pintu ruang guru.
Pikir saya, Pak Kasdi hanya menganjurkan agar kami mendapatkan suntikan vaksin. Namun, guru senior ini mengajak kami, “ayo kita berangkat!”.
Kami berjalan bersama menuju mobilnya yang sedang diparkir di halaman gedung Yayasan.
Kami berjumlah 8 orang memenuhi mobil Pak Kasdi menuju Puskesmas Sako. Dengan semangat dan senang, kami boleh diantarnya. Lagi pula, sehari sebelumnya, mungkin Pak Kasdi yang mengantar teman-teman lain ke Puskesmas Sako untuk mendapatkan suntikan vaksin. Semuanya berjalan dengan baik, lancar dan cepat.
“Pokoknya, guru diprioritaskan!”, kata Pak Kasdi dalam perjalanan.
Setiba di parkiran Puskesmas Sako, Sdr Dian cepat-cepat menuju pintu ruang vaksin untuk mengambil nomor antrian. Di ruang vaksinasi virus corona tidak ada orang yang antri. Kata Pak Kasdi, “Nah bagus, kosong itu!”
Kami menuju halaman dan berfungsi sebagai ruang tunggu untuk vaksin. Nomor antrian sudah kami pegang. Sambil menunggu, datanglah seorang polisi dengan ramah menyapa kami dan meminta foto bersamanya. Sayapun ikut senang, foto bersamanya, yang mungkin ia mendapat tugas piket di Puskemas ini. Dalam hatiku, proses vaksinasi di puskesmas ini akan berjalan dengan lancar.
Saat kedua kawan kami, Ibu Henny dan Ibu Windri masuk ruang vaksin untuk melapor sambil membawa surat keterangan sebagai guru, rupanya petugas di ruang tersebut menyampaikan bahwa “Mulai hari ini, kami tidak melayani vaksinasi bagi guru SMA”.
Oleh petugas puskesmas, kami dianjurkan agar mendapatkan vaksinasi di RS Siti Fatimah.

Tidak putus asa
Tidak hilang akal. Kami coba menghubungi “orang dalam”, namun jawabannya kurang meyakinkan apakah kami jadi divaksin di puskesmas tersebut.
Kukira, Pak Kasdi akan mengajak kami pulang ke sekolah. Rupanya dugaan saya salah. Pak Kasdi dengan semangatnya masih mengantar kami ke RS Siti Fatimah. Selama perjalanan menuju RS di KM 5 tersebut meskipun macet, Pak Kasdi tetap gembira dan semangat dengan cerita-ceritanya.
Setiba di rumah sakit, kami menunggu cukup lama untuk mendapatkan kesempatan proses lebih lanjut. Ada seleksi administrasi, misalnya menunjukan surat keterangan dari kepala sekolah. Selain itu, vaksinasi diutamakan bagi guru.
Sekali lagi, sungguh, saya kagum dengan Pak Kasdi. Beliau sabar menemani, mengantar, menunggu kami selama proses mendapat vaksinasi tahap 1.
Satu tubuh
Seingat saya, dari hati terdalam saya mengatakan, “Terima kasih Pak Kasdi atas bantuan dan kebaikannya!” Hal ini saya katakan beberapa kali, baik di ruang guru maupun saat keluar dari mobilnya.
Jawaban yang sama (dan berkali-kali, jika saya tidak salah ingat 3 atau 4 kali) saya dapatkan dari Pak Kasdi, “Sama-sama Pak Ignas. Kita satu keluarga, satu tubuh.”
Saya terkejut mendengar jawaban dari Pak Kasdi dengan istilah “satu tubuh”. Lagi pula, Pak Kasdi tidak menjelaskan maksud dari konsep satu tubuh tersebut.
Tidak berlebihan, konsep satu tubuh maknanya sangat mendalam. Hakikat dari konsep satu tubuh ini sangat insani sekaligus sungguh imani.
Secara sederhana, saya mencoba mengartikan satu tubuh ini. “Susahku adalah susahmu. Sukamu adalah juga sukaku. Deritaku adalah juga derita kita. Sama-sama senang dan sama-sama susah. Empati.”** (Ignas Iwan Waning)