[PERCIKAN pengalaman berikut ditulis oleh Jonathan Hendry. Pengalaman perjalanan dan selama di Lampung ini karena keikuterstaan mereka dalam lomba akuntansi. Tim A terdiri dari Jilly, Stevi, dan Jonathan. Mereka didampingi Ibu Vero selaku guru ekonomi dan Bapak Mardi sebagai driver mobil sekolah].
Bukan suatu hal yang dapat dibayangkan bagi sebagian besar siswa untuk dapat membawa nama bangga dan harum kepada sekolah yang mereka cintai. Hal ini pun tak dapat kami pungkiri, sebuah keinginan besar seperti cita-cita tersirat, berkeyakinan dapat memenangkan dan membawa SMA Xaverius 1 Palembang menuju luar daerah.
Suka cita
Lantas, banyak cerita yang kami alami dalam segala persiapan bagi Tim A Akuntansi SMA Xaverius 1 Palembang sehingga bisa menginjakkan kaki di tanah “Tapis Berseri”. Perkenalkan kami Tim A Akuntansi SMA Xaverius 1 Palembang yang beranggotakan Jilly Christantya (XII MIPA 4), Jonathan Hendry (XII MIPA 4), dan Stevi Natasia Chandritike (XII MIPA 4). Benar memang kami satu kelas, sudah pasti chemistry antar pertemanan sudah di dapatkan. Maka daripada itu, dengan penuh sukacita dan duka lara, kami mempersembahkan cerita kami berjudul “TIM A GOES TO LAMPUNG”.
Informasi perlombaan akuntansi Trisakti School of Management (disingkat TSM) telah sampai kepada pembina pada bulan Juli 2022. Kami yang tak mengetahui akan perlombaan ini pun melakukan kegiatan kami seperti biasa selayaknya peserta didik lainnya. Hingga sampailah pada Rabu, 24 Agustus 2022, di tengah pelajaran Ekonomi, kami ditawarkan untuk mengikuti perlombaan Akuntansi ini.
Rasanya bingung, karena berkecimpung dalam hal ini merupakan suatu hal yang baru bagi kami. Tekad kebersamaan dan juga bermodal nekat, kami pun menerima penawaran tersebut dengan kekhawatiran mendalam. Tanggalan berubah, kalender menunjuk 29 Agustus sebagai hari pertama kami menjalankan pelatihan Akuntansi untuk TSM. Bermodalkan pengetahuan seadanya dan tekad membulat, pelatihan pun kami mulai. Materi demi materi kami pelajari, lantas pemahaman Akuntansi pun kami dalami layaknya seorang akuntan profesional.
“Ibu akuntansi”
Senin hingga Jumat, selepas pulang sekolah melanjutkan pelatihan hingga pukul 17.00 dengan hari Sabtu extra 3 jam pelatihan. Bukan sebuah hal yang mudah untuk dibayangkan, rasa lelah menyambangi diri kami. Akan tetapi, kebahagiaan di sela-sela pelatihan mengalahkan rasa lelah tersebut. Sebuah “sate” menjadi kebahagiaan kami ketika pelatihan mulai jenuh dirasakan, sambil melahap “sate” tersebut, senyum dan tawa pun hadir kembali.
Ibu Veronika (kerap disapa Ibu Vero) sebagai guru Ekonomi dan pembina kami penuh semangat dan kesabaran mengajari kami Akuntansi. Beliau telah memegang kendali penuh dan andal dalam hitung menghitung Akuntansi. Jika Lucas Pacioli sebagai Bapak Akuntansi, maka Ibu Vero adalah Ibu Akuntansi. Beliau hadir bak seorang Ibu dengan 3 orang anak remaja angkatnya mengajarkan kami Akuntansi dasar.
Sabar, merupakan kata yang tepat digunakan kepada beliau di tengah kesibukannya, Ia masih dapat menyempatkan diri untuk hadir dan mengajarkan kami, tak ada liburnya beliau ketika memberikan materi kepada kami dengan seluruh usaha dan jerih payahnya memberikan yang terbaik dari yang terbaik. Setiap hari pukul 17.00 WIB pasti kami bersiap untuk mengakhiri pelatihan dengan canda tawa penutup pelatihan di hari seterusnya.
Intens berlatih
Satu minggu sudah kami menjalani pelatihan, tersisa 1 minggu lagi untuk menjalankan pelatihan sebelum hari-H penyisihan kami dimulai. Walau penyisihan ini dilaksanakan secara online, namun tetap saja pelatihan yang serius dan intens harus kami lakukan. Menjadi tanggung jawab besar kami ketika hari-H penyisihan dan kami pun tidak dapat mengerjakan apapun.
Bergeser ke 1 minggu menjelang hari-H. Ini merupakan minggu-minggu yang paling banyak ditunggu oleh anak-anak SMA Xaverius 1 Palembang, yang mana 1 minggu sebelum hari-H perlombaan, tunjangan makan siang diberikan!!! Hihihi, kami sangat menunggu hari itu, siapa nih yang menolak jika diberikan makan siang gratis. Sebagai anak Ekonomi, tentunya jika dihitung-hitung sungguh menghemat uang saku kami sehari-hari. (Auditor sungguh tertawa mengingat hari itu). Lauk yang berbeda-beda setiap harinya, ditambah dengan waktu istirahat kami yang bebas serta guyonan dari Jonathan yang nyeletuk membuat kami tertawa sembari menyantap santapan siang kami.
Hari demi hari kami lewati dengan pelatihan yang kami lakukan setiap hari sehabis pulang sekolah. Rasa lelah, capek selalu kami rasakan setiap harinya, ditambah lagi dengan pekerjaan sekolah yang harus kami selesaikan. Tetapi rasa lelah tersebut tidak menghalangi semangat kami untuk terus mengikuti pelatihan akuntansi dengan dampingan Ibu Veronika.
Bagi anak sekolahan merelakan hari libur untuk belajar itu rasanya sangat melelahkan dan sangat menguras tenaga. Tapi bagi kami, untuk mendapatkan hasil yang memuaskan juga harus ada perjuangan yang dilakukan. Perjuangan kami untuk mengikuti perlombaan ini bukan semata mata hanya pencitraan, tapi memang terdapat harapan besar membawa nama SMA Xaverius 1 Palembang melambung lebih tinggi lagi hingga ke kancah nasional.
Tidak mengecewakan
Persiapan demi persiapan kami lakukan, tak terasa 2 minggu sudah kami menjalankan pelatihan bersama-sama. 2 minggu itu rasanya melelahkan dan kami berpikiran seperti membuang waktu bermain kami saja. Namun, kami percaya, apa yang sudah kami lakukan ini tentunya akan ada timbal balik yang setimpal dengan jerih payah persiapan kami. Ibu Vero yang sangat kami sayangi pun terus memberikan “wejangan” dan support-nya dalam membantu kami memahami lebih dalam seluk beluk Akuntansi yang sejatinya. Sungguh harapan besar kami tidak mengecewakan Ibu dengan anak 3 ini.
Lantas pada Selasa, 13 September 2022 tepatnya pukul 13.00 WIB kami mulai mempersiapkan diri kami untuk mengikuti babak penyisihan di sekolah secara daring. Akan tetapi, detik-detik sebelum kami memulai penyisihan banyak yang harus dipersiapkan. Kalkulator sebagai kunci utama dalam mengerjakan Akuntansi, kertas, pensil, pena, dan lain-lain perlu kami persiapkan. Gawai yang perlu kami pergunakan juga harus prima dan siap untuk dipergunakan kurang lebih 1 jam pengerjaan. Persiapan yang selesai pada 13.45 WIB ini pun memberikan kami istirahat 15 menit sebelum pukul 14.00 WIB perlombaan akan dimulai.
Sesuai aba-aba panitia TSM, babak penyisihan pun dimulai. Babak seleksi menjadi takdir penentuan kami, apakah akan melenggang ke Provinsi Lampung atau hanya sekedar duduk manis diam kembali? Pengerjaan intens selama 1 jam di diselimuti rasa tegang dan dingin dari AC yang cukup dingin membuat kami bertiga menahan untuk tidak membuang air kecil selama babak penyisihan.
Babak penyisihan memiliki 75 soal pilihan ganda. Kami membagi antar sesama untuk pengerjaan soal. Jonathan Hendry mengerjakan bagian atas dari soal, Stevi Natasia dan Jilly Christantya mengerjakan bagian akhir dari soal ke atas, dimana kami akan bertemu di tengah-tengah ketika soal kami bertiga pun sama. Hal ini kami lakukan untuk menghemat waktu pengerjaan satu sama lain.
Maksimal
1 jam yang singkat harus berlalu melayang dengan jawaban kami yang ragu-ragu terhadap 75 soal itu. Ketika panitia membuka mic Zoom Meeting tersebut, maka habislah sudah waktu pengerjaan. Kami lega sejenak akan hasil yang luar biasa dari kami mengerjakan 75 soal selama 1 jam. Sebuah prestasi besar bagi kami dan memang perlu untuk kami rayakan kecil-kecilan. Sudah barang tentu kami penuh dengan perasaan yang campur aduk antara senang dan bingung satu sama yang lain. Kami merasa bahwa kami telah melakukannya dengan semaksimal mungkin dan kami selalu berdoa bahwasannya apa yang sudah kami kerjakan tentunya akan mendapatkan hasil yang memuaskan pula.
Informasi dari panitia menyampaikan, 14 Oktober 2022, yang mana 14 Oktober 2022 merupakan keesokan harinya dari babak penyisihan yang baru saja kami selesai kerjakan. Belum selesai kami bertenang diri, sudah keringat dingin mengalir mengetahui pengumuman secepat itu. Dalam pikiran kami bertiga memikirkan, apakah hasil kami dapat menembus 8 besar penyisihan ini? Apakah kami bisa mendapatkan tiket menuju Bandar Lampung?. Banyak pertanyaan tersirat di otak kami, namun kami lewati saja dengan makan siang dan berterima kasih kepada Ibu Vero atas jerih payahnya dalam mengajarkan kami Akuntansi. Selepas itu, kami memutuskan untuk foto bersama sebagai kenang-kenangan.
Penasaran
Tibalah hari dimana pengumuman 8 besar atau yang kami sebut dengan “The Big Eight” yang akan lolos ke babak semifinal dan final di Bandar Lampung. Sepanjang hari kami terus berdoa dan berharap agar kami dapat masuk ke “The Big Eight”. Dari pagi hingga siang hari itu kami menunggu pengumuman, terus menerus berdoa tak henti-hentinya mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Terus menerus mengecheck notifikasi WhatsApp dari panitia TSM untuk pengumuman. Setiap getaran yang dihasilkan oleh gawai kami masing-masing, pasti menyebabkan kerusuhan besar dan menyiratkan pertanyaan apakah sudah keluar pengumumannya??
Sesuai dengan janji panitia TSM, pukul 12.00 WIB, tepat tengah hari pengumuman dibagikan melalui grup WhatsApp TSM. Dengan cepat dan diliputi rasa penasaran kami langsung membuka pengumuman tersebut. Teriakan demi teriakan dari kami bertiga menggelegarkan SMA Xaverius 1 Palembang. Seluruh lantai 2 pun terguncang dengan teriakan histeris kami bertiga.
Bukan tanpa sebab teriakan menggelegar yang kami keluarkan menunjukkan sukacita mendalam kami. Awalnya, teriakan hanya Jilly dan Jonathan yang berteriak, Stevi tengah berada di toilet. Teriakan kami pula sontak memanggil Stevi untuk kembali ke lantai 2 sesegera mungkin. Sungguh diluar dugaan, sungguh ini membahagiakan kami, hingga air mata pun tak dapat keluar lagi. Gemetar, merinding dan lainnya membuat kami bertiga tertawa dan memeluk teman-teman kami dan sontak kami berteriak “LAMPUNG!! KAMI DATANG!!!”.
Bahagia dan bangga
Sungguh senang sekali rasanya, bahwa hasil kerja keras kami selama 2 minggu terasa tidak sia-sia. Rasa haru dan bangga menyelimuti kami. Orang pertama yang kami beritahu tentunya orang tua, kemudian bergegaslah kami menemui Ibu Vero yang sedang berjalan menuju kelas untuk mengajar. Kami menyampaikan apa yang kami dapatkan, beliau pun terlihat sangat bahagia dan bangga atas hasil dan kerja keras yang kami dapatkan ini.
Hari itu kami ukir dalam hati kami. Siapa menduga kami dapat menuju ke Bandar Lampung mewakili SMA Xaverius 1 Palembang melanjutkan perlombaan Akuntansi dari kami yang notabene merupakan anak IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) yang pengetahuan Akuntansi dianggap sampingan bagi anak IPA di luar anak IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) yang memang Akuntansi nya lebih mendalam apalagi kami dibandingkan dengan anak SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) yang Akuntansi nya lebih lengkap lagi. Kami menyebarkan berita bahagia ini kepada siapapun, terutama Jonathan.
Akhirnya dia dapat memenuhi perkataan yang Ia lontarkan kepada siapapun bahwasannya kami akan menuju ke Lampung, padahal penyisihan saja belum kami lakukan, akan tetapi berita keberangkatan kami ke Lampung sudah jauh hari tersebar di lingkungan sekolah. Bisa dibilang satu angkatan deh hihi. (Bagian ini author Jonathan nih yang membuat).
Pengumuman 14 September 2022 itu harus segera kami realisasikan semuanya. Kami mulai dari mencari penginapan pertama kali, kemudian akomodasi kami selama di Bandar Lampung yang kami ringkas semuanya ke dalam Proposal Pengajuan Biaya Perlombaan Akuntansi Trisakti School of Management. Ricuh dan semuanya ingin serba cepat selesai mengejar-ngejar kami, takut sekali rasanya ada suatu hal yang terlewatkan dengan waktu persiapan sesingkat. Hanya 2 hari persiapan keberangkatan kami sebelum 16 September menyambangi kalender kami ini. Tanggal sakral bagi kami mengukir kembali dalam hati kami dalam keberangkatan kami.
Beban berat
Lanjut cerita disambung pada Jumat, 16 September 2022, persiapan 2 hari seluruh akomodasi perlombaan kami di Bandar Lampung sudah rampung. Hari ini pula kami pastikan untuk pertama kalinya berangkat ke Bandar Lampung membawa beban berat melaksanakan babak semifinal dan final Akuntansi TSM.
Rasanya seperti satu rumah berada di punggung kami dan berbagai kebutuhan diri selama di Bandar Lampung berada di koper kami. Koper 3 dengan tas punggung 4 menggambarkan berapa banyaknya barang yang kami bawa. Kami memulai inti cerita perjalanan kami dengan keberangkatan dari sekolah SMA Xaverius 1 Palembang pukul 12.00 WIB, perjalanan menuju jalan tol memakan waktu 30 menit. Pintu tol menyambut kami menunjukkan perjalanan 4 jam harus kami lalui dari Kota Palembang menuju kota Bandar Lampung. 4 jam perjalanan ini terasa biasa saja, kami juga berbahagia selama di mobil sekolah.
Pak Mardi selaku sopir kami bercerita dengan Ibu Vero. Kami hanya mendengarkan saja apa yang mereka bicarakan. Tak banyak cerita kembali, kami tiba di kota Bandar Lampung pada sore hari pukul 17.00 WIB dan segera kami mencari rumah makan untuk mengisi perut setelah perjalanan panjang yang belum mendapatkan asupan nasi. Rumah makan ini jatuh kepada pilihan rumah makan Kampoeng Bamboe. Penuh sudah perut kami dengan tidak lupa mengabadikan potret foto kami pada hari pertama menjejakkan kaki di Kota Tapis Berseri itu.
Semangat belajar
Malam telah menyambut dimana pukul 19.15 WIB telah memanggil. Kami memutuskan untuk menuju hotel untuk beristirahat dan membersihkan diri, serta mempersiapkan diri dengan belajar kembali untuk babak semifinal dan final yang akan diselenggarakan keesokan harinya.
Berbagai materi Akuntansi kami pelajari kembali dan mengulas kembali pelatihan sebelum-sebelumnya serta mengerjakan latihan soal hingga pukul 22.00 WIB. Selama pembelajaran banyak cerita yang kami berikan, suatu hal unik terjadi di malam itu. Jilly memperkenalkan kepada kami sebuah lagu yang berjudul “Asmalibrasi – Soegi Bornean”, lagu ini memberikan kami semangat lebih ketika belajar. Sembari belajar dan menghafalkan lagu itu, kami menyanyikan terus menerus hingga rasa lelah menyambangi kami. Setelah dirasa cukup akan semuanya, kami berpisah ditemani lampu yang meredup mengucapkan selamat malam dan kami beristirahat.
Sabtu, 17 September 2022 pukul 05.00 WIB kami bangun dan bersiap-siap untuk menuju ke lokasi perlombaan. Sebelum itu, tidak lupa kami untuk sarapan terlebih dahulu di hotel sambil bersenandung lagu semalam. Setelah menyelesaikan sarapan sekitar pukul 07.20 WIB kami ke kamar sejenak mempersiapkan barang yang perlu kami bawa ke tempat perlombaan.
Tak lupa kami bersama Ibu Vero berdoa bersama memohon bantuan Tuhan Yang Maha Esa atas perlindungan dan pertolongan-Nya, tak lupa kami mengucapkan Puji dan Syukur atas berkat dan karunia-Nya sehingga kami dapat berada di sini dan akan menjalankan perlombaan.
Setelah dirasa semuanya telah selesai, kami berangkat menuju ke lokasi perlombaan di SMA Xaverius Bandar Lampung atau yang dikenal dengan SMA Xaverius Pahoman karena letaknya berada di dekat Stadion Pahoman. Sesampainya disana, kami diarahkan untuk melakukan registrasi terlebih dahulu dan mendengarkan kata sapaan dari pihak penyelenggara perlombaan, Trisakti School of Management (TSM).
Ibu Vero yang mendampingi juga bersapa mengenang memori lamanya dengan para panitia dan juga guru-guru pendamping dari berbagai sekolah. Sapa erat beliau dengan teman-teman sejawatnya memang sering dilakukan setiap tahun, yang mana kakak kelas kami selalu mengikuti perlombaan ini, dan kali ini kami yang menggantikan mereka berada di sini.
Kami melihat keakraban beliau dengan para guru lainnya dapat kami rasakan. Kami duduk dan mendengarkan berbagai kata sambutan dari panitia sembari menunggu giliran kami berlomba.
Pengundian yang sudah dilakukan pada Technical Meeting sebelumnya membawa kami pada urutan sesi 2 untuk babak semifinal yang diperkirakan mulai pukul 09.10 WIB. Karena kami mendapatkan sesi 2, maka kami duduk menunggu sembari menjawab pertanyaan yang diberikan panitia untuk peserta sesi 1.
Cepat dan tepat
Kami berlatih kembali bersama Ibu Vero mengulas soal-soal panitia. Hingga selesai, sudah waktunya giliran kami memasuki gelanggang “kursi panas”. Soal profesional yang diberikan kepada kami dari platform Kahoot membuat perasaan kami campur aduk pada saat babak semifinal dimulai, karena hanya memiliki waktu 30 detik untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.
Ditambah lagi kami harus menjawab pertanyaan dengan cepat dan tepat untuk memperoleh skor yang tinggi. Waktunya kami dipanggil untuk menduduki “kursi pengharapan” ini, bersaing dengan mereka yang sudah telaten dalam Akuntansi dibandingkan dengan kami yang baru mempelajari kurang lebih 2 minggu akan dunia Akuntansi yang sangat baru ini.
Gugup menjadikan santapan kami selama waktu pengerjaan, tak lupa kami bertiga juga tetap saja menyanyikan lagu “Asmalibrasi” itu yang kami anggap sebagai lagu kebangsaan kami bertiga xixixi. Babak semifinal pun telah kami lalui, perbedaan poin antara tim pun tak terelakkan. Kami kalah telak dibandingkan dengan mereka yang sangat memiliki kepiawaian dalam Akuntansi. Maka, kami pun masuk ke dalam final memperebutkan juara 4-8 dalam perlombaan ini.
Kecewa. Itu kata pertama yang menggambarkan kami bertiga selepas menyelesaikan babak semifinal. Kami meninggalkan kursi tersebut dengan hati yang suram. Pertama kali yang tersirat dalam benak kami adalah bertemu dengan Ibu Vero. Menangislah kami di hadapan beliau, merasa mengecewakan beliau dengan harapan dapat memenangkan kompetisi ini. Ibu Vero dengan raut wajah tersenyum menyampaikan kepada kami.
“Tidak apa-apa, sudah tidak usah menangis… tidak perlu menangis. Kalian sudah sampai disini merupakan pencapaian besar bagi kita. Kalian sudah memberikan yang terbaik bagi SMA Xaverius 1 Palembang. Sangat jarang bisa sampai ke tahap ini apalagi sampai ke Lampung”.
Tetap semangat
Namun, tetap saja kami merasa sangat mengecewakan beliau walau pada kenyataannya beliau baik-baik saja dan menerima apa yang sudah kami berikan itu. Semangat yang hampir patah itu pun segera di ikatkan kembali oleh Ibu Vero, beliau dengan pemberian semangatnya kepada kami terus menyampaikan bahwa dirinya tidak kecewa akan tetapi bangga dengan kami. Tak kami pungkiri, Ibu Vero sudah menjadi “Ibu ke-2” kami selama di kota Bandar Lampung. Menjaga dan memahami kami satu sama lain dalam waktu yang sesingkat itu. Kami harus menjadi sosok yang membanggakan pula terlepas kami hanyalah anak didik beliau.
Babak penyisihan final juara 4-8 pun akan dimulai, Ibu Vero menyampaikan tetap semangat dan lakukan apa yang kami bisa lakukan, jangan lupa untuk berdoa kepada Tuhan. Babak final ini kami jalani dengan semangat pemberian Ibu Vero. Rasa tidak ingin mengecewakan beliau pun muncul kembali, mengingat betapa besar pengorbanan waktu dan tenaga beliau mengajarkan kami semuanya. Babak final ini kami tutup dengan peringkat 7.
Walau ini bukanlah sebuah kebanggaan besar kami yang tak sesuai dengan ekspektasi, tetap saja kami mengucapkan syukur kepada Tuhan atas bantuannya sehingga kami memperoleh hal ini. Semuanya terlepas dari segala kekuatan dan pengetahuan kami yang sudah kami berikan, dan kami menyampaikan rasa terima kasih kami sebesar-besarnya kepada Ibu Vero dan Pak Mardi yang sudah memberikan doa dan dukungan mereka kepada kami. Hingga penutupan acara kami ikuti, dari pembacaan pemenang, pemberian trophy dan medali hingga sesi foto bersama seluruh peserta.
Kami memutuskan juga untuk berfoto bersama dengan Ibu Vero dan Pak Mardi sebagai bentuk terima kasih kami kepada mereka berdua atas berkat dan penyertaan mereka selama pertandingan.
Sesudah penutupan semuanya, kami memutuskan untuk kembali ke hotel. Melebarkan tubuh di ranjang hotel sembari mengingat kesalahan-kesalahan yang kami lakukan selama perlombaan ditambah bercerita mengenai apapun yang terjadi selama berada disana. Mengantuk, namun tak dapat tidur menggambarkan keadaan kami di kota “Tapis Berseri” ini.
Melepas keluh kesah
Matahari mulai tenggelam, langit berubah menjadi abu-abu seperti akan turun hujan, namun tak terjadi. Kami bertiga memutuskan untuk turun ke cafe hotel meninggalkan Ibu Vero dan Pak Mardi yang tengah beristirahat. Di bangku cafe itu, merenungkan diri sembari memurungkan hati sejenak walau tanpa sebuah tangisan. Kami memilih untuk bernyanyi kembali untuk direkam dan kami posting di Instagram masing-masing. Nyanyian 1 malam yang lalu, itulah yang kembali terdengar di bilik cafe hotel itu. Asmalibrasi memberikan kami sebuah kekuatan sendiri ketika menyanyikannya serasa kami ditemani oleh lagu tersebut sepanjang hari melepas keluh kesah kami terhadap hari itu.
Malam menyambut, perlahan namun pasti akan kami lupakan kisah sedih yang terjadi hari itu. Kami memutuskan untuk keluar hotel bersama Ibu Vero dan Pak Mardi mencari street food (jajanan pinggir jalan) di kota Lampung. Dengan bermodalkan bertanya kepada masyarakat sekitar, kami menuju ke Lapangan Saburai yang penuh sekali dengan jajanan pinggir jalan. Dari awal belokan Lapangan Saburai hingga ujungnya berhenti pada Taman Gajah pun kami telusuri semuanya. Berjalan kaki menikmati udara malam kota Bandar Lampung dan juga menghabiskan waktu terakhir kami di kota Bandar Lampung sebelum kami pulang ke tanah kelahiran kami, kota Palembang.
Kami semuanya menyantap jajanan pinggir jalan tersebut yang memiliki harga sangat murah namun enak dan bersih. Sungguh khilaf kami berada di sana, mata rasanya langsung menuju kemanapun yang Ia sukai dan langsung dibeli. Perjalanan ini juga kami akhiri di Taman Gajah, dimana kami memutuskan untuk bermain selis. Selis merupakan sebutan disana yang merupakan sepeda listrik. Dengan merogoh kocek 60 ribu rupiah untuk 3 selis tentunya dengan negosiasi dengan penyewa, kami pun dapat bermain sepeda listrik tersebut. Mengitari Taman Gajah selama 15 menit sembari melihat apa saja yang dilakukan masyarakat kota Bandar Lampung ketika memiliki waktu luang.
Berkumpul dan makan bersama keluarga di bawah pancaran sinar rembulan pun tak menutup keramaian Taman Gajah, semakin malam pun semakin ramai keadaan disana. Ibu Vero dan Pak Mardi pergi untuk minum bandrek, sedangkan kami berkeliling kembali. Penutupan di Taman Gajah, kami membeli 3 gelang couple dan Jonathan membeli sebuah kalung. Ini kami lakukan sebagai pengingat kami yang sudah pernah bersama-sama berada di kota Bandar Lampung mengukirkan sejarah yang terus akan terkenang. Kami sungguh berbahagia di malam tersebut menikmati suasana kota “Tapis Berseri” ini bersama-sama dengan mereka yang sungguh memberikan support besar dalam perlombaan ini.
Buah tangan
Sudah cukup dengan semua kebahagiaan dan kesenangan, kami pun memutuskan untuk beristirahat. Kekalahan ini walau tetap kami ingat, akan tetapi sudah lambat laun akan sirna walau itu kekal teringat. Pagi menyambut kota Bandar Lampung, disambut dengan kegembiraan Jonathan untuk berenang di kolam renang hotel. Sudah lama memang dirinya belum merasakan dinginnya air kolam di pagi hari buta begitu, lantas dirinya pun bersenang-senang mengajak Jilly dan Stevi bersama-sama untuk berenang ditemani oleh Ibu Vero yang hanya mencelupkan kakinya saja di pinggiran kolam.
Sudah puasnya kami berenang, maka lanjut lah kami untuk sarapan pagi sembari menyusun rencana hari terakhir kami di kota Bandar Lampung. Sarapan ini sebagai penutup kami di hotel dan entah kapan kami akan kembali ke sini lagi. Doakan saja kami akan segera kembali lagi.
Akhirnya, sudah siap sarapan dan kembali berkemas di kamar hotel, kami memutuskan untuk membeli oleh-oleh khas Lampung. Pilihan kami jatuh kepada toko buah tangan “Aneka Sari Rasa” yang memang terkenal dengan oleh-oleh khas mereka. Buah tangan ini kami tujukan untuk sanak famili, teman-teman, serta bapak/ibu guru di Palembang. Ini juga sebagai bentuk terima kasih kami atas doa dan dukungan mereka semuanya kepada kami.
Kenangan indah
Sudah cukup kami berbelanja banyaknya barang, perjalanan pun kami mulai menuju pintu tol Natar. Semenjak palang pintu tol terbuka, maka kami sampaikan selamat tinggal kota Bandar Lampung dan kami ucapkan terima kasih kami sebesar-besarnya karena dirimu memberikan kami sebuah kenangan terindah yang tak dapat kami lupakan hingga akhir hayat kami.
Perjalanan panjang ini selama di tol memakan waktu hingga lima setengah jam lamanya, disebabkan konstruksi dan lain-lain yang terjadi di jalan tol. Kami disambut dengan tulisan “Sumatera Selatan” yang menandakan bahwa, kami sudah kembali ke tanah kelahiran kami bertiga. Memulai kembali chapter kehidupan dan lembar baru hari demi hari. Lantas, kami pun akan menutup cerita kami ini. Sungguh bukan sebuah bayangan besar kami dapat memberikan jerih payah kami sebesar ini terhadap sekolah kebangaan kami SMA Xaverius 1 Palembang menuju luar kota.
Kami juga berterima kasih kepada teman-teman, beserta bapak/ibu guru yang sudah membaca cerita bahagia kami selama di kota Bandar Lampung. Maka daripada itu, dalam segala cerita bahagia akan ada sebuah perpisahan nan manis rasanya yang membekas pula. Satu persatu akan kembali ke keluarga mereka, Stevi yang sudah duluan kami hantarkan ke rumahnya pun berpamitan dengan kami. Jilly dan Jonathan beserta Pak Mardi dan Ibu Vero yang sama-sama menuju ke sekolah pun akan mengakhiri perjalanan mereka di sana.
Perjalanan panjang
Menyalami kedua orang tua kami itu rasanya berat, dan harus penuh lapang dada mengakhiri semuanya. Tangis yang tak tampak itu harus kami pendam sedalam-dalamnya yang mana pula besok kami sudah harus masuk sekolah dengan sebuah upacara.
Malam itu kami akhiri, bersalaman, dan mengucapkan selamat tinggal, para author pun kembali ke pangkuan keluarga masing-masing. Kami mencintai satu sama lain, layaknya kami menyayangi kalian semua. Terima Kasih atas perjalanan panjang ini, terima kasih semuanya, kami sungguh mencintai kalian. Tunggu kami pada cerita perjalanan selanjutnya. Tuhan Memberkati.
Bangga
“Kalo inget lagi, bisa nangis. Gagal move on terberat ya lomba ke Bandar Lampung ini. Semoga bisa lanjut lagi kita ya. Tunggu kami akan bersaing kembali!!” – Author Jonathan Hendry.
“Kenangan spektakuler semasa SMA ini, bisa dibilang idaman anak SMA ini. Bangga membawa SMA sendiri ke kota jauh.” – Author Jilly Christantya.
“Kebahagiaan diriku bersama mereka memberikan tempat tersendiri di hati, memberi rasa nyaman dan dapat saling mengenal satu sama lain ditambah lagi menambah pengalaman baru dalam perlombaan. Terima Kasih.” – Author Stevi Natasia.**