
SEJAK beberapa Minggu yang lalu, persisnya pada Rabu Abu, 22 Februari 2023 hingga Sabtu Suci, 8 April 2023, umat Katolik memasuki masa Prapaskah. Masa Prapaskah selama 40 hari ditandai dengan sikap pantang, puasa, doa, tobat dan derma.
Sejumlah kalangan kaum religius-umat menghayati masa Prapaskah sebagai masa retret agung.
Berikut cuitan singkat dari beberapa seminaris dalam memaknai masa Prapaskah tahun 2023 ini.
Bukan hanya di bibir
Andreas Agung S berpendapat, “saya memaknai Prapaskah ini dengan lebih menghayati pertobatan dan menjalankan pantang dan puasa dengan hati yang tulus”.
Lebih lanjut calon imam asal Paroki St Andreas Rasul Margo Agung, Lampung Selatan ini mengatakan, “jika kita sedang berpantang dan berpuasa, tidak perlulah kita berkoar-koar bahwa kita sedang berpantang dan berpuasa”.
“Saya memaknai masa Prapaskah ini dengan tindakan konkret. Menahan diri dari hal-hal duniawi. Saya puasa makan siang pada hari Rabu dan Jumat”, tulis Carolus Carel JP Sitohang.
Selain itu, “saya pantang snack atau ngemil. Saya mau menebus dosa saya dan ingin berdamai dengan Allah, bdk Yoel 2:12-18. Semoga niat baik ini benar-benar secara nyata ada dalam diri dan bukan hanya di bibir”, tulis Carel calon imam asal Paroki Ratu Damai Kota Bandar Lampung ini.
Masa Prapaspah merupakan “jalan menuju pembaharuan diri. Berpantang, berpuasa, matiraga, berdoa dan bertobat merupakan aksi pembaharuan diri. Tinggalkan cara hidup yang lama dan mulailah hidup baru dalam Kristus”, tulis Vincentius Exel Valentino calon imam asal Paroki Katedral St Maria Palembang.
Tinggalkan yang enak
“Kita dituntut untuk meninggalkan yang enak-enak dan menambah porsi mati raga”, tulis Marsudi Petrik Sinaga, calon imam asal Paroki St Yusup Pekerja, Tulang Bawang Lampung.
“Pantang yang saya jalani ini adalah untuk mengenang Yesus yang berpuasa selama 40 hari. Maka, sangat penting bagi saya untuk berpantang pada hari Rabu dan Jumat, selama masa Prapaskah ini”, aku Mikhael Cether Pentatito, calon imam asal Paroki St Yohanes Rasul Kedaton, Lampung.
Salah satu cara memaknai masa Prapaskah ini adalah “perlu menjadi lebih sering membaca Kitab Suci”, tulis Aloysius Juanito Raditya.
Tanpa ngeluh
“Rasa malas merupakan tantangan terberat”, bagi Raditya. Calon imam asal Paroki St Maria Pengantara Rahmat Ilahi Lahat, Sumsel ini meyakini bahwa “saya berusaha semaksimal mungkin untuk melewati berbagai tantangan dan cobaan. Berdoa adalah cara terbaik dan ampun untuk melawan semua tantangan itu”.

Melaksanakan masa Prapaskah tahun 2023 ini bukan tanpa tantangan. Francesco Forgione, calon imam dari Paroki St Theresia Jambi menulis, “saya makan kenyang terus. Seharusnya makan sekali kenyang.”
Akhirnya, calon imam asal Paroki St Stephanus Martir Curup, Bengkulu, Hugo Abimayu Ginzel menulis, “Jadi, selama masa Prapaskah bawalah rasa suka cita, tanpa ngeluh”.*** (Ignas)